Jumat, 18 Mei 2018

01. Menasehati orang lain melafal Amituofo, terhindar dari bencana air


01. Menasehati orang lain melafal Amituofo, terhindar dari bencana air

Pada masa Dinasti Qing, ada seorang pedagang Provinsi Anhui bernama Wu Yun-sheng. Suatu kali dia melakukan perjalanan bisnis ke wilayah Suzhou dan Hangzhou, ketika berada di Distrik Huqiu, Suzhou, tiba-tiba dia bersua dengan seorang Bhiksu, setelah mengamatinya dengan seksama, Bhiksu ini berkata : “Dermawan, Anda sungguh memiliki akar kebajikan, pahala juga sangat besar, namun sayangnya pada usia 29 tahun akan bertemu dengan sebuah bencana air, bahkan mungkin akan........”. Setelah mendengar hal ini, Wu Yun-sheng jadi panik, wajahnya berubah jadi pucat, cepat-cepat memohon pada Bhiksu, cara untuk menghindari musibah ini.

Setelah berpikir sejenak, Bhiksu menjawab : “Mulai hari ini, anda tidak boleh membunuh, melepaskan satwa ke alam bebas, setiap hari melafal Amituofo dengan setulusnya, mungkin bisa mengeliminasi musibah ini”. Wu Yun-sheng mengamalkan pesan Bhiksu, juga rajin menasehati orang-orang di sekelilingnya agar jangan membunuh dan melepaskan satwa ke alam bebas, melafal Amituofo bertekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.

Ketika dia berusia 29 tahun, oleh karena harus pulang ke kampung halaman, sehingga harus melewati Hangzhou, dia menumpang perahu berangkat dari Distrik Jianggan di Hangzhou, seluruh penumpang di perahu tersebut ada 17 orang. Perahu baru saja berjalan sejauh belasan li, gelombang pasang tiba-tiba menghantam, menimbulkan ombak yang tinggi, hendak menelan perahu yang tak berdaya tersebut.

Melihat keadaan ini, Wu Yun-sheng mendadak teringat ucapan Bhiksu, sepasang tangannya segera beranjali, melafal “Namo Amituofo”. Baru saja melafal beberapa lafalan, kapal sudah tenggelam ditelan ombak, Wu Yun-sheng tenggelam ke dalam sungai.

Dalam kondisi setengah sadar, berulang kali dia mendengar ada orang yang berkata padanya : “Wu Yun-sheng, selama ini kamu rajin menasehati orang lain supaya melafal Amituofo, jasa kebajikan ini dapat mengeliminasi musibah ini”.

Ketika Wu Yun-sheng membuka matanya, menemukan dirinya telah ditolong oleh nelayan.

Koper dan barang bawaannya, semuanya sudah dihanyutkan air pasang, satu-satunya barang yang tertinggal bersama dirinya adalah tasbih tangan yang biasa digunakannya untuk melafal Amituofo, masih utuh melingkar di tangannya.

Perahu yang ditumpanginya bersama seluruh penumpang telah hilang tanpa jejak, Wu Yun-sheng merupakan satu-satunya penumpang yang selamat.

Sejak itu Wu Yun-sheng semakin yakin bahwa jasa kebajikan dari melafal Amituofo adalah sungguh tak terbayangkan, menyumbang 200 tael emas kepada Vihara Baoyang di Gunung Ziyang, Xihu, Hangzhou, membentuk perkumpulan melafal Amituofo, menyebarluaskan Pintu Dharma Pelafalan Amituofo.

Saat usianya mencapai 66 tahun, Wu Yun-sheng mengetahui terlebih dulu waktunya terlahir ke Alam Sukhavati, saat menjelang ajal dia mampu mempertahankan pikiran benar, menyaksikan langsung kehadiran Buddha Amitabha dan para Suciwan yang datang menjemput, meninggal dunia dalam posisi duduk bersila.




劝人念佛有功,免却一劫水难

清朝时,有个安徽商人叫吴允升。有一次他去苏杭一带做生意,在苏州虎丘偶遇一位僧人,僧人仔细打量他后,便说:“施主,你很有善根呀,福报也很大,只可惜在二十九岁的时候会遭遇一场水难,有可能会……”吴允升听后,惊慌失色,急忙请教僧人解免的方法。

僧人想了一会儿,回答说:“从今天起,你要戒杀、放生,每天虔诚地念佛,或许可以免此难。”吴允升听后欣然照做,也经常劝化身边的人戒杀放生,念佛求生净土。

二十九岁那年,因为要返回家乡,必须经过杭州,在杭州江干区坐船,同行共有十七人。船刚开了十几里,一股潮水突然袭来,巨浪汹涌,势濒危危,见此情况吴允升一闪念间忽然想到了僧人对他说的话,马上双手合十称念“南无阿弥陀佛”。还没念几声,船就沉没了,吴允升也掉进了水中。在昏迷之中,仿佛听到有人说:“吴允升,你因为劝人念佛有功,可免此难。”等他睁开眼睛时,发现自己已经被渔夫救到岸上了。

所有的行李都被潮水冲走了,唯一剩下的就是平时用来念佛的十八颗佛珠的串珠,牢牢地握在手中。同行的其他人都被潮水冲的无影无踪了,吴允升成了唯一的幸存者。从此,吴允升更加深信念佛功德不可思议,在杭州西湖紫阳山宝成寺募捐二百金,兴办了念佛会,广为老少妇孺宣讲念佛法门。

六十六岁时,吴允升预知时至,正念分明,亲见阿弥陀佛与其聖众前来接引,趺坐往生。