Jumat, 19 September 2014

Tidak menanam benih KeBuddhaan mana mungkin bisa mencapai KeBuddhaan 02



Kisah Mukjizat Melafal Amituofo

Tidak menanam benih KeBuddhaan mana mungkin bisa mencapai KeBuddhaan
(Bagian 2)

Siapa yang menduga dalam waktu sekejab yang sangat menentukan ini, malah muncul rintangan, ketika semuanya terfokus melafal Amituofo, pria perawat itu membawa sejumlah buku dan surat-surat dan dengan tangkas membakarnya di hadapan lansia, tidak sampai semenit sudah menjadi abu, istrinya mendadak jadi emosional menghampiri suaminya dan mengusap wajah suaminya, sambil menangis berkata : “Setelah kamu pergi ke Alam Sukhavati, membiarkan daku sendirian di sini, harus bagaimana melewati hari demi hari?”

Shixiong Wan langsung mencegatnya dan berkata : ”Bukankah saya sudah berpesan pada anda agar tidak menangis dan mengusapnya saat suami anda akan meninggal dunia, apakah anda sudah lupa?”

Jam menunjukkan pukul 12 siang tepat, lansia itu membuka matanya lebar-lebar dan berkata : “Buddha Amitabha! Saya tidak jadi mengikutiMu ke Alam Sukhavati, karena jika saya pergi ke sana, bagaimana dengan istriku seorang diri di sini? Maka itu saya tidak boleh pergi”.

Saat itu para sahabat Dharma berusaha keras melanjutkan terus melafal Amituofo, namun juga tak berdaya! Meskipun mereka merasa sangat kecewa, namun tetap melanjutkan melafal selama lebih dari setengah jam lagi, melihat lansia itu, yang kini kesadarannya makin menurun dan kondisinya juga sudah kacau balau, tiada yang tidak merasa prihatin! Kemudian masing-masing membubarkan diri.  

Malam hari sekitar pukul 9, Shixiong Wan datang lagi mencariku, memintaku agar melakukan Zhu Nian lagi buat lansia itu, saya bertanya : “Bagaimana kondisi lansia itu saat sekarang?” Dia berkata : “Kesadarannya sudah kacau balau, baik jiwa maupun raganya didera penderitaan, tampaknya sangat tersiksa, tetapi dia sungguh berharap dapat mendengar lafalan Amituofo”.

Kemudian saya berangkat bersama dengan Shixiong Wan, begitu masuk tampak lansia itu muntah darah, dia menggunakan tangannya mengorek darah keluar dari mulutnya, sehingga tempat tidurnya berlumuran bercak darah, saya dan Shixiong Wan mulai melafal Amituofo dengan suara nyaring, hingga pukul 11 lewat, melihat kondisinya juga serupa, pikun dan kebingungan, sungguh tak berdaya, maka kami memutuskan pulang saja, hingga fajar belum menyingsing, dalam kondisi kebingungan ajalnya berakhir. 

Di dalam sutra tercantum : Merupakan kesempatan yang sulit untuk terlahir menjadi manusia, juga sulit berkesempatan bertemu dengan sahabat Dharma, lansia ini begitu sulit memiliki kesempatan untuk terlahir jadi manusia, lalu juga berusia panjang, dan yang begitu sulitnya adalah bertemu dengan Shixiong Wan yang memberi ceramah padanya, namun yang paling malang adalah pada detik-detik yang menentukan antara orang awam dan orang suci, malah dirintangi oleh istri yang keras kepala, sungguh prihatin akhirnya masuk kembali ke enam alam tumimbal lahir, ini serupa dengan pepatah : “Dalam keseharian tidak pernah menyalakan dupa, saat darurat baru memeluk kaki Buddha”,  meskipun orang baik-baik pada umumnya dan juga berhati baik, jika tidak menanam benih KeBuddhaan, bagaimana bisa memperoleh buah KeBuddhaan? Inilah buktinya.

Penulis : Upasika Lin Kan-zhi


念佛感應見聞記
  
不種佛因焉得佛果
()

誰知在此千鈞一髮聖凡分別的剎那間,卻來了障礙,當我們在一心念佛之間,那男人就把準備好的一疊書信之類的東西很敏捷地在老人面前焚燒,不一分鐘就燒完了,他那老伴便情不自禁的,衝上前來伸出緊張的手,摸摸她先生的臉,哭著說:「你去西方,放我獨自一個人,要怎樣過日子?」萬師兄立刻就阻止說:我曾對妳交代過,老先生要生西之時,妳不可以哭泣留戀,或是動他身體妳忘記了嗎?」正當十二點之時,老先生張大了眼睛說:「阿彌陀佛!我不去西方了,因為我去西方,留我太太一人怎麼辦呢?所以我不去了。」此時蓮友們依然拼命追念亦莫奈他何!雖然大失所望,亦再念了半點多鐘,看看老先生,已經語無倫次,精神狀態已變成雜亂無章,無不為他可憐,為他歎惜!就各自回家了。

是夜大約九點多鐘,萬師兄又來我家,叫我再去為他念佛,我問:「老先生經過如何呢?」她說:「心神散亂,身體惡化,大概很痛苦的樣子,但他仍很希望聽人念佛。」我就再跟師兄一同前去,入門就見到老先生,正在咯血,一塊塊的血塊,自己用手從嘴裏挖出來,染得滿床都是腥腥血跡,我與萬師兄二人立即又大聲唸了起來,唸到十一點多鐘,看他依然糊裡糊塗,沒有辦法,就各自回家,到天未明時就迷迷糊糊一命歸陰了。

經云:人身難得,善友遇難,這位老先生難得人身,又得長壽,更難得萬師兄的熱心開導,但最不幸在聖人與凡夫交界的一剎那間,被不聽話的太太起了障礙,可憐再入輪迴,頭出頭沒,此一好比:「平時不燒香,臨時抱佛腳」,雖然平常自命是正人道德君子,心好就好,但未種佛因,焉得佛果?於此可證。

林看治老居士著