Selasa, 09 September 2014

Jatuh ke parit melafal Amituofo memperoleh penyelamatan



Kisah Mukjizat Melafal Amituofo

Jatuh ke parit melafal Amituofo memperoleh penyelamatan

Pada kisah nyata sebelumnya diceritakan tentang pengalaman mukjizat melafal Amituofo yang dialami oleh istri Upasaka Chen Fei-lin, sekarang ada lagi satu kisah mukjizat lainnya yang dialami oleh keponakan Chen Fei-lin, pada permulaannya, keponakannya ini juga tidak meyakini Buddha, bahkan menentang keras pamannya meyakini Buddha, Upasaka Chen amat bermaitri karuna, setiap bertatap muka maka menasehatinya melafal Amituofo, bahkan menjelaskan bahwa betapa menderitanya kehidupan manusia di dunia ini, penderitaan lebih banyak daripada bahagianya, banyak bencana, kejadian yang tidak menyenangkan juga banyak, banyak kerisauan, jika ingin menjauhi penderitaan dan memperoleh kebahagiaan, maka harus melafal Amituofo, saat berada dalam bahaya dan ketakutan, maka kerahkan segenap usaha untuk melafal Amituofo; tetapi keponakannya hanya menganggapnya sebagai angin lalu saja, sama sekali tidak sudi mempedulikannya.

Belasan tahun yang lalu, keponakan Upasaka Chen Fei-lin (selanjutnya disebut keponakan Chen, karena saat itu tidak menanyakan namanya) hendak pindah ke Hualien untuk berdagang, Upasaka Chen segera mengundang selembar poster “Tiga Suciwan Alam Sukhavati”, lalu dibingkai kaca, menyerahkan secara langsung saat mengantar keponakannya di stasiun kereta api Taitung, saat berpisah masih terus mengingatkan keponakannya, agar melafal Amituofo dengan setulusnya.

Keponakan Chen yang telah menginjakkan kaki di Hualien memulai bisnisnya dan peruntungannya sungguh lumayan, suatu hari dia memasuki dusun untuk berdagang, saat tengah malam dia mengayuh sepedanya sendirian pulang rumah, tanpa disadari sepedanya melewati sebuah lubang besar di pinggir jalan, akhirnya sepeda beserta orangnya sekaligus jatuh ke dalam lubang, lubang ini hanya lebih tinggi sedikit saja daripada badan manusia, jadi untuk memanjat naik ke atas tidaklah sulit, saat itu keponakan Chen sedang menepuk-nepuk debu yang menempel di sekujur tubuhnya, lalu memperhatikan kedua tangan dan kakinya apakah ada yang terluka, kemudian dia bergegas hendak mengayuh sepedanya pulang, namun mendadak muncul kejadian aneh, di belakangnya sepertinya ada yang menarik sepedanya, lalu dia berusaha mengayuh maju, lalu mundur lagi, demikianlah maju mundur berulang hingga tiga kali, saat itu keponakan Chen barulah merasa ketakutan hingga bulu kuduknya merinding.

Saat itu dalam ketidakberdayaan, dia jadi teringat akan pesan pamannya semasa di Taitung selalu menasehatinya agar melafal Amituofo, apalagi saat berada dalam bahaya, maka lebih harus lagi melafal Amituofo dengan suara nyaring, kemudian dengan suara nyaring dia mengerahkan segenap usaha untuk melafal “Namo Amituofo”! Dia terus melafal dengan tulus dan suara nyaring hingga sekitar 30 menit kemudian, jiwa raganya barulah merasa tenang, ketakutannya juga lenyap, mendadak datang sebuah becak, becak itu berhenti di hadapannya, setelah mengangkat sepeda ke atas becak, tukang becak mempersilahkan keponakan Chen ikut duduk di atas becak, lalu mengantar sepeda beserta pemiliknya dengan selamat sampai di rumah.

Keponakan Chen merasa amat berterimakasih pada tukang becak ini, setelah turun dari becak, dia ingin memberikan uang yang lebih besar jumlahnya kepada tukang becak sebagai balas budi, namun ketika dia membalikkan badannya, tukang becak itu sudah menghilang tanpa jejak, saat itu adalah tengah malam, juga tidak tahu ke mana harus mencarinya.

Keesokan paginya keponakan Chen masih teringat terus pada budi tukang becak yang telah menolongnya, dia sangat ingin memberikan sejumlah uang kepada tukang becak tersebut, maka itu dia mulai bertanya kepada tukang-tukang becak lainnya, tetapi sudah seharian dia bertanya ke sana kemari, semua orang mengaku tidak pernah mengangkut penumpang dan sepeda pada malam tersebut.  

Lalu keponakan Chen jadi merenungkan kembali dengan seksama mukjizat yang terjadi dalam peristiwa semalam ketika dalam keadaan darurat dan terdesak, dia mengerahkan segenap kemampuan untuk melafalkan Amituofo, lalu muncul tukang becak yang datang menolongnya. Dia juga jadi terpikir di stasiun kereta api Taitung, pamannya memberinya poster Buddha, lalu dia segera mencari dan mengeluarkan poster Tiga Suciwan Alam Sukhavati tersebut, dia menatap poster Buddha Amitabha yang tampak begitu berwibawa, barulah dia menyadari bahwa tukang becak semalam yang menolongnya itu wajahnya menyerupai rupang Buddha Amitabha yang sedang dipandangnya.

Dengan segera dia menggantung poster Buddha tersebut, lalu membeli dupa, bunga, buah dan pelita, memberi persembahan dan melakukan namaskara. Juga teringat pula akan semangat pamannya yang tak pernah jenuh menasehatinya, sungguh budi sedalam lautan luas, lalu dia berangkat dari Hualien menuju Taitung untuk berterimakasih pada pamannya, sambil menceritakan mukjizat ini.

Kejadian di atas dikisahkan langsung oleh Upasaka Chen kepada diriku.

Penulis : Upasika Lin Kan-zhi

念佛感應見聞記
  
摔落坑溝念佛遇救

上面是陳非林居士的太太念佛得到感應的事實,現在再說一則,陳非林姪兒的感應,陳姪起初亦是不信佛,並且極力反對叔叔虔誠信佛,可是陳居士的慈悲,見面就是勸他念佛,說出人生在世,苦多樂少,災難多,逆境多,煩惱多,要想離苦得樂,須要念阿彌陀佛,在危急害怕的時候,更要拼命念「阿彌陀佛」;可是她的姪兒亦只當耳邊風,不肯理會這一套。

十幾年前陳非林居士的姪兒(以下稱陳姪,因為當時沒有問他名字)要遷移到花蓮經商,非林居士就請了西方三聖像,配了鏡框,親自帶到臺東車站去送他,臨別時亦是殷殷囑咐再三交代姪兒,至心至意要念阿彌陀佛。陳姪遷居花蓮後經營商業不錯,有一天到鄉村去做生意,到了夜半騎腳踏車回家,經過馬路邊一條坑溝,在不知不覺的時候,連人帶車一齊摔下坑溝去了,這條坑溝是比人高一點而已,自己很容易爬起來的,這時陳姪把身上塵土拍去,再看看身上四肢,並無一點受傷,即時要把腳踏車拉起來;當要拖起的時候,很奇怪,後邊好像有人要把它再拖下去。這樣要拉起來,再拖下去的反覆三次,這時陳姪害怕得毛髮直豎,嚇的魂不附體。在此進退不得沒了主意,就想到臺東的叔叔常常教他念阿彌陀佛,當遇災難危險的時候,更要大聲念佛的事,陳姪即時雙手合掌拼命的大聲念「南無阿彌陀佛」!這樣誠心誠意的念了大約半點鐘,身心頓覺安然,恐怖畏懼的心情已無,忽然之間,馬路上來了一輛三輪車,車伕踏到陳姪的面前,就煞住了車,一聲不響的就把腳踏車拖了上來,再請陳姪坐上三輪車,把腳踏車放在三輪車上,車伕就把陳姪連人帶車載到他家的門口。

陳姪心中感謝這位年富力強的三輪車伕,下了車後,想多拿一點錢給他的時候,回過頭時,已經不知去向了,這時已是三更半夜,也沒處可尋。到了次日早上陳姪依然念念不忘三輪車伕的恩情,要送他錢;就向花蓮一帶的三輪車伕中去找尋,問來問去問了一天,大家都說昨夜沒有在那地方載一個人與車。然後陳姪就想起了正在危急的時候,拼命念阿彌陀佛的感應,顯化三輪車伕前來救我的。他又想起叔叔在臺東車站送他的佛像,即時找出來一看,只見阿彌陀佛的相好莊嚴,與三輪車伕一樣福相。立即就掛起來,很恭敬的買了香花果品燈燭,來供養禮拜。又想起叔叔慈悲精神,確實恩深似海,就專程由花蓮到臺東向叔叔陳非林,說出這番感應。以上是陳居士親口對我說的。

林看治老居士著