Senin, 25 Agustus 2014

Ikut memperoleh berkah 01



Kisah Mukjizat Melafal Amituofo

Kakak melafal Amituofo, adik ikut memperoleh berkah
(Bagian 1)

Buddha dan Bodhisattva merupakan guru pembimbing dan ladang berkah bagi semua makhluk, Upasika Li Shui-jin merupakan sahabat Dharma yang menebar benih KeBodhian, setiap kali dia mengundang para penceramah dari Asosiasi Lotus untuk memberikan ceramah pada hari yang telah ditetapkan, maka terlebih dulu dia akan menyebarluaskan pemberitahuan, di setiap pelosok daerah pegunungan, baik pria wanita tua dan muda, datang menghadiri kebaktian pelafalan Amituofo dan mendengar ceramah Dharma.

Benih yang tersebar pasti akan tumbuh dan bertunas, melafal Amituofo pasti ada mukjizatnya. Sekitar lima tahun yang lalu, pada suatu hari sahabat Dharma Shui-jin berkata padaku : “Tetangga rumah ibundaku ada seorang anak putri yang baru berusia 10 tahun, sungguh pintar juga memiliki akar kebajikan, setiap kali dia datang mendengar ceramah Dharma dari kalian, merasa kebenaran ini sungguh beralasan, maka itu membangkitkan niat untuk melafal Amituofo setiap hari, oleh karena di rumahnya masih belum ada altar pemujaan rupang Buddha, maka itu setiap pagi dan sore dia akan pergi ke rumah tetangga untuk melakukan namaskara pada Buddha”.

Beberapa bulan kemudian, di rumah tetangga tersebut ada seorang anak laki-laki yang memarahi gadis cilik ini : “Kamu ini sungguh tidak tahu malu, rupang Buddha keluarga kami tidak boleh kamu sembah!” Sejak itu gadis cilik yang pintar ini tidak berani lagi pergi ke rumah tetangga melakukan namaskara pada Buddha, namun niatnya senantiasa ingin melakukan namaskara pada Buddha, hatinya tak pernah terpisahkan dari Buddha, Buddha tak terpisahkan dari hatinya, suatu malam mendadak dia terbangun lalu berlutut di atas kasur dan melafal “Namo Amituofo” tanpa henti, ibundanya terbangun dan berkata : “Anak kecil buat apa bangun di tengah malam?”,  gadis cilik itu menjawab : “Mama! Saya melihat Buddha Amitabha bertubuh keemasan begitu tinggi besar, wajahNya tersenyum, terbang dari angkasa datang ke hadapanku, saya segera dengan penuh hormat melafal Amituofo, Mama! Saya sangat ingin memiliki rupang Buddha untuk dipuja, saya mohon padamu agar mengundang satu rupang Buddha untuk dipuja di rumah, bolehkah?”

Gadis cilik itu beranjali memohon pada ibundanya : “Mama! Saya jadi teringat pada uang di celenganku, besok akan kubuka dan hitung berapa jumlah uang yang terkumpul, minta papa belikan sebuah rupang Buddha, agar setiap hari saya dapat melakukan namaskara pada Buddha”. Ibundanya menyetujuinya, keesokan paginya, dia membuka celengannya dan menghitung tabungannya, seluruhnya ada 28 dollar, ayahnya berhasil membeli sebuah rupang Bodhisattva Avalokitesvara dengan 50 dollar, pada bulan lunar hari pertama (che-it) rupang Bodhisattva diletakkan di altar, bundanya mempersiapkan perlengkapan sembahyang, dupa, bunga, buah dan sebagainya, ketika satu keluarga sedang bersukacita, tiba-tiba tidak tampak adik laki-laki yang masih berusia empat tahun; suasana mendadak berubah jadi panik, segera mengutus orang-orang untuk mencari di seluruh pelosok, hingga sanak saudara dan tetangga baik yang berada di atas maupun di bawah pegunungan sebanyak beberapa ratus orang, juga ikut berpencar melakukan pencarian, hingga beberapa tambak ikan besar dalam dusun juga sudah diperiksa, namun juga tidak ketemu orangnya.

Dari pagi hingga senja, masih tidak berhasil, ada beberapa orang yang menertawakan ayahbundanya : “Kalian adalah orang dewasa, kenapa harus menuruti perkataan anak kecil, buat apa ikut-ikutan memuja Buddha, hari ini gara-gara kalian sibuk mengurus peletakan rupang Buddha, barulah ada kejadian ini!”  Sungguh kasihan, gadis cilik ini karena mendengar sindiran dari orang lain, jadi ketakutan berlutut di hadapan rupang Bodhisattva, dengan linangan air mata dan isak tangis memohon : “Buddha dan Bodhisattva tolong lindungilah adikku yang masih berusia empat tahun, agar dapat pulang ke rumah dengan selamat, jika terjadi sesuatu pada dirinya, maka saya takkan memiliki kesempatan lagi untuk bernamaskara pada Buddha dan melafal Amituofo, para tetangga juga takkan berani lagi meyakini Buddha”.

Penulis : Upasika Lin Kan-zhi


念佛感應見聞記
  
姊姊拜佛弟受福蔭
()

佛菩薩是眾生的良師福田:李水錦蓮友亦是撒播菩提種子的良朋益友,他每次邀約台中蓮社弘法人員日期定好,就先因家去作宣傳,遍及山上的每個角落,男女老幼,無不都來念佛聞法。撒了種子,一定會發芽的,有念佛則一定有感應。大約在五年前有一天水錦蓮友對我說:「我母家鄰里中有一個十歲的女孩子,非常聰明,又有善根,她每次都來參加聽妳們講佛法,覺得很有道理,就發心天天念阿彌陀佛:因為她家裡還沒供設佛像,所以她早晚都到隔壁,供有佛像的鄰家去拜佛。

大約幾個月後,供有佛像那家的男孩有一天罵她:「妳這不要臉,不知恥,我家的佛不許妳來拜!」這位聰明的女孩就不敢再去他家裡拜,可是心心念念都想要拜佛,心不離佛,佛不離心,有一夜在睡夢中忽然起來跪在床中,合掌念「南無阿彌陀佛」不止,她的母親亦醒過來說:「你這孩子三更半夜起來做什麼﹖」那女孩就說:「媽!我見到阿彌陀佛金身那樣大,面帶著笑容,從空中飛到我面前來,我趕快起來恭恭敬敬念佛,媽!我很希望有一尊佛來供養,我求求您請一尊佛像回家好嗎﹖」她合著掌求母親:「媽!我想到了,我那竹錢筒裡,明天破開看看有多少錢,請爸爸到沙鹿街上去買一尊,每天我就有佛可拜了。」她的媽媽就答應她,早晨起來劈開竹筒一數,一共有二十八元,她父親真的在沙鹿街上找到了一尊觀世音菩薩,以五十元請回家來,初一那天早上就安位,她母親準備了紅圓仔,買了香花果品等,正當一家人都歡歡喜喜的時候,忽然間,不見了四歲的小弟弟;一家人又大起恐慌,立刻泒人四出尋找,並且將山上山下的親戚鄰居,幾百個人總動員,都分頭去找尋就連村裏幾個大魚池也都下去摸透了,仍找不到人。從早上找到黃昏,還是找不到,有些人就笑她父母說:「你們夫婦是大人,也聽孩子的話,要拜甚麼佛,你們今日就是為了忙著安佛像,才惹出如此大禍!」可憐,這位聰明的女孩被人家你一句我一句的閒話,嚇的一個人偷偷跪在菩薩面前,兩眼流淚苦苦哀求說:「佛菩薩你要保庇我四歲小弟平安回家,萬一發生什麼不幸,我從今以後就不可能再拜佛念佛了,鄰居人家也不敢再信佛了。」


林看治老居士著