Senin, 22 September 2014

Kisah Upasika Lin Kan Zhi terlahir ke Alam Sukhavati 02




Kisah Mukjizat Melafal Amituofo

Kisah Upasika Lin Kan Zhi terlahir ke Alam Sukhavati
(Bagian 2)

Artikel ini ditulis oleh : Xi Lian-jie
  

Upasika Lin karena telah memiliki dasar Ajaran Buddha dan Ajaran Konfucius, maka itu harapan Guru Li besar padanya, berharap agar dia dapat menyebarluaskan pintu Dharma Tanah Suci. Guru Li mengajari bahwa : “Jika satu sutra sudah berhasil dikuasai, maka sutra lainnya juga bisa dipahami dengan sendirinya”, saat baru belajar berceramah, terlebih dulu harus mengadakan persiapan yang matang, menulis sendiri naskahnya, apa yang diutarakan harus ada dasarnya, harus berceramah menurut penjelasan yang telah dibuat oleh para guru sesepuh, tidak boleh menuruti pengertian sendiri, harus mematuhi peraturan berceramah yang telah ditetapkan, berhati-hati dan mawas diri, bertanggungjawab, barulah tidak menanggung beban Karma.    

Upasika Lin belajar menceramahkan Amitabha Sutra, Guru Li mengungkapkan bahwa sutra ini sangat mendalam dan yang paling sulit diceramahkan, Amitabha Sutra juga dijuluki “Avatamsaka Sutra buku kecil“.

Pernah suatu kali ketika Upasika Lin baru belajar berceramah dan melakukan kesalahan, Guru Li langsung memarahinya, melayangkan kipas yang ada ditangannya mengetuk kepala Upasika Lin, hingga Upasika Lin menjadi malu sekali dan mengalirkan airmata, karena itu dia lebih tekun belajar, hari demi hari berlalu, sampai akhirnya dapat memahami kalimat sutra yang sebelumnya asing baginya, para sahabat Dharma menertawakannya : “Guru Li membantumu mengeliminasi rintangan karma, membuka kebijaksanaan bukan?” Upasika Lin semakin merasakan betapa pentingnya peranan seorang guru dalam mempelajari Ajaran Buddha dan Ajaran Konfucius.

Upasika Lin yang dididik secara disiplin oleh Guru Li, mengembangkan maitri karuna hatinya secara menyeluruh, membangun kepribadian yang kokoh, suara yang nyaring, bakat berceramah yang tanpa halangan, maka itu pada tahun 1951 membentuk organisasi upasaka dan upasika penceramah, beliau merupakan seorang upasika penceramah terkemuka. Pada saat berceramah, beliau selalu memegang prinsip menjunjung tinggi Hukum Karma, dan prinsip besar dari manfaat melafal Amituofo, yakni tidak membicarakan kemampuan gaib, mengandalkan kejujuran dan ketulusan serta pengamalan yang nyata.   

Meskipun akar kebijaksanaan masing-masing makhluk itu berbeda, maka itu menceramahkan beragam sutra, selanjutnya seperti ajaran Guru Li, semuanya dituntun ke dalam Ajaran Sukhavati, menceramahkan keunggulan dari pintu Dharma pelafalan Amituofo.

Pendengar ceramah terdiri dari beragam jenis orang, kadang kala dalam berceramah juga bertemu dengan orang yang berniat mempersulit penceramah, misalnya waktu berceramah di Yuli, ada seorang pendengar yang tidak percaya pada Ajaran Sukhavati, lalu mengeluarkan kritikan : “Anda berkata bahwa praktisi pelafal Amituofo saat menjelang ajal, alayavijnana nya terlahir ke Alam Sukhavati, bagaimana bentuk alaya-vijnana, coba perlihatkan padaku!”

Upasika Lin menjawabnya : “Perkataan yang anda ucapkan sekarang ini, bagaimana bentuknya, coba perlihatkan padaku!” Tukang kritik itu akhirnya tidak bisa berkata apapun, lalu Upasika Lin melanjutkan lagi : “Lebih jelasnya adalah saat malam hari anda bermimpi, itulah alayavijnana”.

Upasika Lin selalu menggalakkan membentuk “Keluarga Buddhis”, agar setiap umat dapat mempengaruhi seluruh anggota keluarganya ikut belajar Ajaran Buddha, untuk mengurangi rintangan belajar Ajaran Buddha dan usaha terlahir ke Alam Sukhavati, terutama beliau sangat bersukacita bila para sahabat Dharma dapat menasehati ayahbunda melafal Amituofo, membantu agar ayahbunda berhasil terlahir ke Alam Sukhavati, beliau memuji bahwa sebagai anak menunaikan bakti besar adalah terletak di sini.

Upasika Lin suka mengucapkan kata-kata yang baik, senantiasa dalam menghadiri upacara pernikahan Buddhis dengan memberi ucapan selamat sebagai : “Keluarga Buddhis dan sumber daya masyarakat sejahtera”. Upasika Lin juga mencurahkan perhatian pada keluarga para sahabat Dharma, bagaimana pelatihan diri mereka, sehingga pada musim semi tahun 1955  menggalakkan agar setiap rumah memiliki tempat ceramah, sehingga setiap insan dapat belajar Ajaran Buddha dan melafal Amituofo, selama lebih dari 30 tahun beliau berceramah tanpa henti, para sahabat Dharma, tetangga, anak cucu, kerabat, semuanya memperoleh manfaat.

Sejak tahun 1936 Upasika Lin menikah dengan suaminya, memiliki tiga putra putri, cucu dan cicit ada 30 lebih, merupakan Keluarga Buddhis yang harmonis, ini juga tak terpisahkan dari hasil jerih payah Upasika Lin dalam memberikan didikan baik melalui ucapan maupun tindakan.

Tahun 1991 bulan 2, suaminya yang berusia 95 tahun meninggal dengan damai, seluruh anggota keluarganya mengikuti pesan Upasika Lin untuk menuruti tata cara dalam Ajaran Buddha, melakukan Zhu Nian dan mengurus upacara duka secara sederhana, para tetangga dan sahabat Dharma juga merasa salut.


 (Petikan dari Majalah Bulanan Ming Lun Edisi 225 )


念佛感應見聞記
  
本書作者念佛生西

林看治老居士往生記
()

後學  西蓮竭誠敬記
  
林老居士,因已具儒佛基礎,故雪公寄望深遠,盼能攜手共弘淨土殊勝之法門,因而教之彌勤,責之極切。雪公教以:「一經通則經經通」,學講前須有充份準備,自寫講稿,所言必有根據,應本祖註,不可妄發己意,應按學講規矩,謹慎、負責,方不背因果。林老居士即發心學講佛說阿彌陀經,雪公提及此經乃最深奧、最難講者,有「小本華嚴經」之美稱。曾經林老居士於學講時有所偏誤,雪公恩師,當時一聲喝斥,順手將手中摺扇一棒打在頂上,斯時林老居士羞愧得熱淚直流,故而更加用功學習,經數日後,終將不甚熟悉之經文,忽爾竟能明瞭,蓮友笑云:「恩師助您消業障、開智慧耶?」林老居士則更覺學儒學佛必有師承之重要矣。

林老居士,因受恩師嚴格調教,加以本身慈悲心切,體型魁梧,音聲宏亮,辯才無礙,故自蓮社於民國四十年成立男女二眾弘法團時,即是一位善能說法度眾之弘法女健將。其說法之時,把握注重因果及念佛利益二大原則,不談玄、不說妙,重視腳踏實地,真實行持。雖因眾生根器不一,故而廣說諸經諸法,然必秉承師訓,處處導歸淨土,以顯念佛法門之殊勝。然眾生種類萬有不齊,說法途中亦遇有專門前來責難者,如某次在玉里說法時,有不信淨土者前來責曰:「汝言念佛人命終後,神識往生西方,神識是何形狀,拿來吾看!」答:「汝現所言之語,是何形狀,拿來吾看!」彼啞口無言,再答:「言明白些,汝夜間作夢者,即神識矣。」彼因而轉為發心領人前來聞法,似此度人學佛之事,時有所聞。

林老居士常提倡建立「佛化家庭」,謂在家居士,既有家眷,理當感化全家學佛,以減少學佛及往生之障礙,尤其最喜蓮友勸親念佛,成就雙親往生西方,贊為人子所盡大孝即在於此。林老居士善說好話,常於蓮友佛化婚禮上祝賀「佛化家庭乃社會安定之原動力」。林老居士於弘法之際,亦特別關心蓮友及家眷之道業,自民國四十四年春,即提供自宅設立弘法場所,並蒙恩師取名崙字佈教所,乃蓮社首創之佈教所,林老居士自任主講,領眾念佛研法,迄往生前,三十餘年說法不斷,蓮友、鄰里、兒孫眷屬受益匪淺。林老居士自民國二十五年與李居老居士結褵,夫婦相敬如賓,凡五十五載,育有子女三人,後輩孫、曾孫共三十餘員,一門俊彥,蘭桂芬芳,閤家安樂,堪稱典型佛化家庭,林老居士之言教、身教功不可沒。民國八十年二月其夫婿以九十五高齡於自宅安詳壽終,全體兒孫悉能遵照林老居士之慈命,依佛制如法助念及節約處理善後,鄰里、蓮友均敬佩不已。
  
(明倫月刊二二五期特載)