Selasa, 16 September 2014

Sepatah Amituofo menghentikan sepeda motor




Kisah Mukjizat Melafal Amituofo

Sepatah Amituofo menghentikan sepeda motor

Chang E shijie memiliki seorang putri sulung bernama A Rong, sudah berusia 43 tahun, suaminya seorang insinyur sipil, tinggal di Taitung. Sejak usia muda A Rong telah menderita penyakit gastroptosis, sudah beberapa puluh tahun berobat ke tabib dan dokter, segala macam pengobatan alternatif, juga tidak kunjung sembuh. Tubuhnya kini telah sekurus kayu bakar.

Lima tahun yang lalu, Chang E shijie ke Taitung membesuk putrinya, melihat kondisi putrinya yang semakin parah, jadi teringat akan khasiat pil Agada, maka itu menasehati putrinya agar melafal Amituofo, bahkan menceritakan padanya banyak kisah mukjizat dari melafal Amituofo. Mengajari putrinya agar mengerahkan segenap kemampuan untuk melafal Amituofo, membuat penyembuhan terbesar bagi semangatnya.

Chang E shijie menetap belasan hari di Taitung, mendengar kabar bahwa ada sebuah Asosiasi Lotus yang berdekatan dengan tempat tinggalnya, dia segera membawa putrinya ke sana, bernamaskara dan melafal Amituofo, serta mengambil Visudhi Trisarana. Sejak itu, putrinya menjadi seorang siswa Triratna yang tulus, setiap hari melakukan kebaktian pagi dan sore, bagaimanapun sibuknya dia tak pernah absen.

Tanpa disadari, penyakit lambung yang telah menderanya selama bertahun-tahun, tanpa terasa sembuh dengan sendirinya, kesehatannya pulih kembali. Selama setahun belakangan, berkat petunjuk dari guru dan sahabat Dharma dari Asosiasi Lotus, dia bukan saja menguasai membaca sutra dan melantunkan gatha, bahkan juga telah menguasai  cara menggunakan alat kebaktian. Seperti kata pepatah : Di dalam Buddha Dharma tidak ada yang sulit, hanya dikhawatirkan pikiran yang tidak terfokus saja.

Kondisi kesehatan A Rong yang telah pulih, keadaan rumah tangga secara perlahan menjadi jaya, belanja ke pasar, menyelesaikan urusan, semua ini dilakukannya dengan mengayuh sepeda. Lalu demi alasan keleluasaan, sepeda digantikannya dengan sepeda motor, lalu dia membeli sebuah sepeda motor 50 cc warna merah, langsung bisa sampai ke manapun tempat yang ingin dituju, betapa nyamannya, juga leluasa, setiap hari tampak bergembira, selain bisa pergi ke vihara juga bisa membantu usaha suaminya, terutama pekerjaan rumah tangga sehari-hari, semuanya ditangani dengan beres.

Bulan tiga tahun lalu, suatu pagi sekitar pukul delapan lewat, seperti biasanya A Rong sedang mengemudi sepeda motornya, hendak belanja ke pasar, sampai di tengah jalan, tiba-tiba sepeda motornya mengalami masalah, baik rem kaki maupun rem tangan telah kehilangan kendali, saat itu sepeda motornya bagaikan kuda liar, melaju dengan gila di jalan raya, bahkan hampir seluruh jalanan di Taitung telah dilewatinya, juga hampir menabrak seorang gadis dari pegunungan, untunglah gadis itu sempat menghindar, sehingga selamat dari musibah.

Dalam kepanikan dan detik antara hidup dan mati ini, A Rong yang sedang kebingungan juga tak berdaya, mengikuti laju sepeda motornya, ketika motornya hendak menabrak ke dalam sebuah toko, saat badan motor hampir menyentuh pintu toko, A Rong berteriak menyebut sepatah “Amituofo”, sungguh mengherankan sepeda motor itu jadi bergerak mundur, mundur hingga ke tengah jalan, lalu berhenti sendiri. A Rong segera turun dari motor, panik dan ketakutan hingga mukanya pucat, jantungnya masih berdebar tak karuan, mulutnya masih terus melafal “Amituofo”. 

Saat itu jalanan dipenuhi orang-orang yang datang menyaksikan kejadian tersebut, baik pengemudi maupun motornya berada dalam kondisi selamat, semua orang memberinya ucapan selamat, berkata : “Tidak mati dalam musibah besar, kelak pasti ada berkahnya”.

Setelah kejadian ini, A Rong merenungi dengan seksama, dia sungguh beruntung memiliki seorang ibunda yang selalu tidak bosan-bosannya menasehatinya melafal Amituofo, selain telah menyembuhkan penyakitnya, kali ini telah menyelamatkan dirinya dari sebuah petaka besar, maka itu merasa amat berterimakasih, lalu mengundang ibundanya menetap di Taitung selama beberapa bulan.

Kisah di atas diceritakan langsung oleh Chang E shijie kepadaku sepulangnya dari Taitung.

Penulis : Upasika Lin Kan-zhi

  
念佛感應見聞記
  
一聲彌陀車停下來

這位嫦娥老師姊,還有一個長女名絨,大家都叫她阿絨。今年四十三歲,她的丈夫是一位土木工程師,家住臺東,這位阿絨自少年時,就患了胃下垂,中西醫師醫治了幾十年,什麼秘方和特效藥,都不見效。已經病到骨瘦如柴,在五年前,嫦娥師姊,到臺東探望女兒,看見女兒胃病那樣嚴重,就想起萬病總治的阿伽陀藥,勸女兒要志心念佛,並且講了許多念阿彌陀佛的不可思議感應。教女兒要拼命念彌陀聖號,作精神上最有效的治理。他老人家在臺東住了十幾天,就聽說附近有一座佛教蓮社,老師姊就帶她女兒去那裏,拜佛念佛,並皈依了三寶。從此以後,她的女兒就身為三寶弟子,做了一位忠實虔誠的佛教徒,早晚二課,無論怎樣忙都去參加。在不知不覺之間,痛苦了多年的胃病,竟無形中消失了,身體就恢復了健康。僅僅一年中間,由師父及蓮友的指導,她不但會念經唱讚,在蓮社做朝暮二課時,連敲打法器也學會了。俗說:佛法無難事,只怕心不專,真是不錯。

阿絨身體復元後,家庭日漸興隆,買菜、做事就用腳踏車代步。到最近二年,腳踏車又嫌不便而被淘汰,就買了一輛五十西西的紅色摩托車,要到那裡就到那裏,既舒服,又方便,終日都是快快樂樂的,一邊辦佛事,一邊幫忙丈夫的業務,尤其家庭主婦的任務,裏裏外外都是整理得有條有理。

在去年的三月間,有一天早上八點多鐘,阿絨依然騎了摩托車,要到菜市場購物,騎到半途,忽然之間,機車發生了毛病,腳擋,手擋(煞車)都失去了控制,即時車如野馬一般,橫衝直撞,大約臺東街的每條馬路都風馳電掣般地跑過:險險把一位山地姑娘撞死,好得山地小姐閃避得快,未受災殃,在此千鈞一髮,生死關頭,阿絨心中怕得迷迷糊糊也沒辦法,直奔直跑。正當要衝入一家商店,要撞上門前大柱的一剎那間,阿絨口中忽然大叫一聲「阿彌陀佛」,說也奇怪,那機車立即倒退,退到馬路中央,車已自己停了下來,阿絨趕快下車,嚇得面無人色,心臟怦怦地跳,口中卻依然不斷的念著「阿彌陀佛」。

此時馬路上很多人圍攏來觀看,人車皆告無恙,大家都為她祝福,說是:大難不死,必有後福。阿絨經過這一次消災免難的事後就想起,幸而母親一片苦口婆心,勸她念佛,先則得以遠離病魔,繼又獲得這次橫禍的解脫,所以萬分感謝,便託人來臺中請她母親去玩了幾個月。以上是嫦娥師姊從臺東歸來後,到聯誼會親口對我說的一段念佛感應的事實經過。

林看治老居士著