Jumat, 12 September 2014

Kera yang bernamaskara pada Buddha 03



Kisah Mukjizat Melafal Amituofo

Kera yang bernamaskara pada Buddha
(Bagian 3)

Makhluk, sejak kalpa yang tak terhingga telah memelihara kebiasaan sehingga menjadi tabiat yang sulit diubah, serakah akan nafsu keinginan. Demikian pula dengan Wu Kong; melihat tanaman jagung di ladang tetangga yang sedang masak, maka kenakalannya segera muncul, siang hari ketika semua orang sedang istirahat, dia memetik jagung orang lain, ada yang sudah masak namun ada juga yang belum matang, seluruh ladang jadi porak poranda, sehingga orang yang melihatnya jadi tidak bisa tertawa, tetapi yang dibawa lari sama Wu Kong cuma dua batang jagung saja. Gara-gara hal ini, A Zhen terpaksa minta maaf sama pemilik ladang tetangga dan membayar kerugian akibat ulah Wu Kong, lalu pulang untuk memberi pelajaran pada Wu Kong.

Suatu kali, lagi-lagi Wu Kong membuat ulah, sehingga orang-orang di sekitarnya jadi panik dan ketakutan; ternyata rumah hunian A Zhen dan para tetangga merupakan gubuk jerami, suatu hari Wu Kong sedang bermain-main dengan sekotak korek api, lalu melompat-lompat hingga ke atap gubuk, mengeluarkan batangan korek api dan digoresnya sehingga muncul percikan api kecil lalu ditiupnya, dia merasa senang sekali, begitulah sebatang demi sebatang korek api digores lalu ditiupnya, dia bermain dengan gembira, sementara orang-orang di sekitar yang melihat ulahnya jadi ketakutan.

Bagaimanapun upaya A Zhen dan A Feng memanggilnya turun juga tidak digubrisnya, hingga sekotak korek api habis digoreskannya barulah dia berhenti, tetapi kali ini karena resiko bahaya yang bisa timbul akibat ulahnya sangat besar sekali, sehingga menimbulkan protes dari para tetangga, apapun alasannya tetap harus mengusirnya, ini menyebabkan A Zhen dan keluarganya jadi pusing kepala, apa yang harus diperbuat?  

A Zhen pikir punya pikir akhirnya memutuskan untuk membawa Wu Kong pulang kembali ke pedalaman hutan, lagipula selama kurun waktu ini dia telah menanam akar kebajikan, belajar bernamaskara pada Buddha, menyapa A Feng sebagai guru, bervegetarian dengan bersih. Pernah suatu kali ada orang yang memberinya makanan non vegan, terlebih dulu dia mengendus dengan hidungnya, lalu makanan itu dibuangnya. Maka itu betapa berat hati A Zhen untuk mengembalikannya ke dalam hutan, maka itu dia jadi terpikir akan Bhiksu-Bhiksuni di Wufeng, lebih baik memberikan kepada vihara saja, maka itu dia membeli seuntai rantai besi yang panjang, mengantar Wu Kong ke vihara tersebut, mengikatnya pada sebatang pohon di depan pintu.

Siapa yang menduga ternyata Wu Kong tidak sudi diperlakukan sedemikian, dia melakukan mogok makan untuk menunjukkan perlawanannya, makanan yang dihidangkan tiga kali sehari juga tak digubrisnya, seharian kerjanya cuma menangis meraung-raung tanpa henti. A Zhen yang telah berpisah dengan Wu Kong selama 7-8 hari, mengira bahwa Wu Kong yang telah berada di lingkungan yang baru, pasti sudah mampu beradaptasi, maka mencari waktu luang untuk menjenguknya, Wu Kong yang melihat A Zhen, mati-matian juga tidak sudi melepaskan tuannya itu, A Zhen yang melihat Wu Kong yang semakin kurus, jadi tidak tega meninggalkannya lagi, sebelum membawanya kembali ke gunung, A Zhen memperingatkannya;  kamu di sini ribut-ribut sehingga mengganggu para guru, sekarang saya membawamu pulang, sebelumnya kamu harus pamit dan bernamaskara pada mereka sebagai ungkapan terima kasih, benar-benar mengherankan, Wu Kong sangat memiliki naluri, bahkan dia bisa membedakan yang mana merupakan ketua vihara, lalu dia beranjak ke hadapan ketua vihara, melakukan namaskara tiga kali, sedangkan dengan Bhiksu-bhiksu lainnya hanya bersalam-salaman saja, sekali lagi Wu Kong dibonceng A Zhen dengan sepeda pulang ke rumah, di tengah perjalanan, dia melompat turun lalu berlarian sendiri buru-buru pulang ke rumah. 

Begitu sampai rumah, A Zhen melihat sisa nasi di atas meja semuanya sudah dituang Wu Kong ke lantai dan disantapnya hingga bersih, pelajaran yang diterima Wu Kong kali ini benar-benar telah membuatnya jera, meskipun tuannya sedang tidak berada di rumah, dia juga takkan berani berbuat ulah lagi.

Penulis : Upasika Lin Kan-zhi


念佛感應見聞記
  
刀下贖命猴兒拜佛
(三)

眾生從無量劫來,最難消除的,是貪欲習氣。悟空亦不例外;眼見鄰居田地上的玉米(俗稱番麥)一棵棵成熟時,不免垂涎三尺,在中午人家休息的時候,把他人的玉米一一摘取,其中有成熟,也有未成熟的,滿地上亂七八糟,使人一見啼笑皆非,但是被悟空偷走的,不過兩隻。阿真姑為了這事向鄰居道歉,還賠償人家的損失,阿真姑非常同情悟空,費了一番唇舌,好好的對悟空教訓了一頓。

又有一次,悟空開人家玩笑,開得太大,使人提心吊膽,嚇得一身冷汗;原來阿真姑與鄰居的住房,皆是草屋,有一天悟空拿了一盒火柴,跳上屋頂中央,把火柴打開,擦了一枝,看了火焰就很高興的用嘴吹火,一枝又一枝的擦火,吹火,玩得挺高興的,卻令人見了提心吊膽的,阿真姑和阿鳳姑怎麼叫牠都不下來,一直等到他一盒火柴通通擦完為止,可是這次悟空玩火的行為,因為危險性很大,引起了左右鄰居的大為不滿,非要除掉牠不可,這使主人大傷腦筋,不知如何是好?

阿真姑姊妹左思右想,欲縱入深山,而他已種下善根,學會了五體投地拜佛,還會叫阿鳳姑師傅,又吃淨素。有一次,人家拿葷腥的食物給牠吃,牠拿來用鼻嗅一嗅,就棄掉不吃。因此不忍將牠趕往深山,便想起霧峰的師父,不如牽去寄他,或是送他亦好,於是就買了一條很長的鐵鍊,將悟空送去那裏,把牠縛在門前樹下。豈料悟空不肯如此,竟以絕食來表示抗議,三餐不食任何飯菜,終日哭叫不休。已經離開悟空七八天的阿真姑,以為悟空換了個新環境,已經習慣了,就抽空去看看牠,悟空一見主人拉住不放,死都不肯離開,阿真姑眼看餓瘦的悟空,終不忍心再留在那裏,當要帶回山的時候,阿真姑便向牠說;你在此吵鬧師父們,現在要回家,你得向師父們頂禮謝謝,說也奇怪,悟空真有靈性,而且識別誰是住持,誰是當家,牠自己走向住持師父面前,先行五體投地,頂禮三拜,又走向當家師父面前,五體投地頂禮一拜,其餘的師父們就各握握手,不再五體投地了,悟空終於又由阿真姑用腳踏車載回,到了半途,自己就跳下來,跑回家去了,阿真姑回到家中一看,悟空已經把飯桶捧了下來放在地上,自己正坐在那裏,痛痛快快的把中午剩下的半桶飯,用手抓著,快要吃完了,悟空經過這次的教訓,即使主人外出,不在家時,亦不會再損害別人植物,更不敢再玩火了。

林看治老居士著